Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Balas dendam istri yang tak di anggap Bab 21

 

Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ BALAS DENDAM ISTRI YANG TAK DIANGGAP “ ini menceritakan kisah seorang istri yang dicampakkan oleh suaminya karena fisiknya sudah tidak seperti dulu kali,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel Balas dendam istri yang tak dianggap…cekidot 😘🥰


Jadi dari awal memang nyesek ceritanya karena si tokoh wanita lemah dan jelek. Tapi, di bab bab selanjutnya akan menceritakan bagaimana caranya si gadis itu kuat.


Bab 21 Kedatangan Bram!


Bram tak bisa menjalani hari-harinya dengan tenang semenjak pertemuannya bersama dengan Kinara pada malam acara pertunangan Andreas dan Aluna.


Pria paruh baya itu selalu memimpikan mendiang istrinya yang menatapnya dengan sorot mata penuh rasa kecewa dan kesedihan.


Seolah mengatakan bahwa dirinya merasa kecewa dengan perlakuan Bram yang tak merawat buah hati mereka dengan baik.


Bram duduk termenung di ruang kerjanya seraya mengelus bingkai foto mendiang istrinya.


"Maafkan aku, Sayang! Aku sangat mencintai kamu. Setiap melihat Nara bayangan saat kamu berjuang melahirkannya terekam di kepala ku. Bayangan di mana darah kamu mengalir banyak karena berusaha melahirkan Nara ke dunia ini! Aku tidak sanggup, Sayang!"


"Asalkan kamu tahu, aku rela tidak punya anak asalkan kamu masih di sini bersamaku. Kenapa kamu malah mempertaruhkan nyawa kamu demi melahirkan Nara!"


Bram menangis seraya memeluk bingkai foto tersebut. Pria paruh baya itu sangat-sangat mencintai mendiang istrinya.


Bram menikahi Sandra itu karena kesalahan satu malam. Saat itu Bram mabuk dan malah meniduri Sandra yang kala itu bekerja sebagai baby sister Kinara.


Alhasil Bram yang merasa bersalah pun terpaksa menikahi Sandra secara siri. Dia sengaja tidak mengesahkan pernikahan nya secara hukum karena rasa cintanya pada mendiang istrinya.


"Pa," panggil Sandra yang baru saja masuk ke dalam ruang kerja Bram.


"Hemm." Bram segera memasukkan foto mendiang istrinya ke dalam laci. Pria paruh baya itu segera menghapus air matanya.


"Ayo tidur, sudah malam!" ajak Sandra mengelus pundak Bram.


"Tidurlah dulu, aku ada urusan penting yang harus aku beres kan!" Bram berkata datar lalu bangkit berdiri ingin meninggalkan Sandra.


Namun, wanita paruh baya itu langsung mencekal tangan Bram.


Sandra menarik tengkuk Bram lalu mencium rakus bibir pria paruh baya itu. Tangannya mencari titik sensitif Bram.


"Apa yang kamu lakukan, Sandra?" Bram mendorong kasar tubuh Sandra hingga terjatuh ke lantai.


"Melakukan apa yang seharusnya suami istri lakukan, Pa! Sudah delapan belas tahun kita menikah. Tapi, kamu tidak sekalipun menyentuh ku, Pa! Hanya pada malam itu saja kamu melakukannya!" jerit Sandra marah.


"Sadari posisi mu, Sandra! Aku menikahi mu bukan karena cinta tapi karena terpaksa."


"Tapi, ini sudah delapan belas tahun, Pa!"


"Aku tidak ingin berdebat, Sandra! Tidurlah sudah malam. Aku akan pulang telat!" Bram segera pergi meninggalkan Sandra yang menangis.


"Ahhkkk … kenapa hatinya sangat keras untuk aku masuki?" teriak Sandra histeris.


Wanita paruh baya itu sengaja memperlakukan Kinara seperti pembantu guna meluapkan kekesalannya, karena Bram tak pernah memberikan nafkah batin padanya.


Bram tahu akan hal itu, tetapi, Bram membiarkannya daripada dia harus melakukan hal itu dengan Sandra.


Cintanya pada mendiang istrinya itu adalah cinta mati.


*


*


Bram yang baru saja tiba di depan toko bunga pun segera turun saat melihat Kinara ingin masuk ke dalam tokonya.


"Nara," panggil Bram lembut.


Kinara membalikkan tubuhnya menatap Bram yang memanggil dirinya.


"Papa," gumam Kinara pelan.


"Boleh kita bicara?" tanya Bram lembut menatap Kinara penuh harap.


"Apalagi yang ingin papa bicarakan? Bukankah dari dulu tidak ada hal penting yang mengharuskan kita berbicara?" sarkas Kinara tersenyum sinis seraya menggendong Vino.


"Nara."


"Pulanglah, Pa! Aku lelah karena seharian penuh aku membahagiakan anakku bermain di Mall!" ujar Kinara seolah menyindir Bram yang tak pernah membahagiakan nya di masa kecil.


"Nara."


"Selamat malam!" Kinara membungkuk kepalanya sedikit lalu berbalik badan.

"Sepuluh menit saja, Nara! Papa mohon!" Bram mencekal tangan Kinara menatap putrinya itu memelas.


Kinara yang melihatnya pun menghela nafas panjang. Sekeras apapun hatinya apabila melihat sorot mata Bram yang memelas pun membuat hatinya luluh.


"Baiklah, kita bicara di dalam!" Kinara mengajak Bram masuk membuat pria paruh baya itu tersenyum lebar.


"Terima kasih, Nak!"


*


*


Ibu Anin yang sedang asik menonton drama ikan terbang pun terkejut melihat Kinara membawa Bram masuk ke dalam rumah mereka.


"Ma, tolong tidurkan Vino ke dalam kamarnya! Aku mau bicara hal penting dengan papa!" ujar Kinara membuat ibu Anin langsung mengambil alih Vino.


"He'um … bilang sama papa mu kalau di sini tidak ada minuman! Jadi, kalau sudah selesai urusannya denganmu. Suruh pulang aja!" balas Ibu Anin sinis menatap dingin Bram.


Pria paruh baya itu hanya bisa menghela nafas berat. Dia tahu pasti Ibu Anin sudah mengetahui semua kisah miris Kinara.


"Baik, Ma."


Kinara dan Bram pun duduk di ruang tamu.


"Apa yang ingin papa bicarakan?" tanya Kinara datar.


"Pulanglah ke rumah!" pinta Bram penuh harap.


Kinara tertawa hambar dengan mata yang berkaca-kaca ingin menangis.


"Pulanglah ke rumah? Ha ha … rumah mana, Pa? Neraka berwujud seperti rumah yang aku tinggali dulu! Itu yang maksud papa rumah? Ayolah, Pa. Sejak kapan itu menjadi rumah untukku!" Kinara tertawa hambar.


Air matanya keluar dari pelupuk matanya begitu saja tanpa bisa di tahan. Mengingat bagaimana perlakuan kasar yang dia dapatkan saat berada di rumah mewahnya dulu membuat hati Kinara merasa sesak.


"Nara."


"Kalau papa datang kemari hanya ingin mengajak ku pulang ke rumah neraka itu! Sampai matipun aku tidak akan mau. Cukup di masa lalu mental ku kalian hancurkan dengan perlakuan kalian yang tidak pernah adil padaku! Sekarang tidak bisa lagi!" tegas Kinara dengan bola mata memerah menahan amarah.


"Nara." Bram menggenggam tangan Kinara, namun, gadis itu langsung melepaskan genggaman tangannya.


"Di sini … " Kinara memukul dadanya yang terasa sesak.


"Di sini hancur, Pa! Di sini ada luka … luka yang teramat dalam, luka yang papa berikan, luka yang mama Sandra dan kak Aluna tancapkan. Semua luka itu aku dapatkan saat berada di rumah neraka itu! Ada aku di sana juga tidak akan berpengaruh bagi kalian!"


"Lalu kenapa papa sekarang datang lalu mengajakku pulang. Bukankah ada dan tiada aku di sana kalian tidak pernah peduli? Lalu kenapa di saat aku pergi dari rumah neraka itu papa datang menjemput ku kembali? Apa belum cukup papa menyakiti ku?"


Kinara meluapkan semua emosi nya yang belasan tahun dia pendam. Gadis itu merendahkan nada suaranya agar tak membangunkan sang anak yang baru saja terlelap.


Air matanya yang sedari tadi dia tahan kini tumpah membanjiri pipinya. Bahkan, suara nya tersendat karena rasa sesak di dadanya kian menekan egonya.


"Nara." Bram ingin memeluk Kinara, namun, suara ibu Anin membuat dirinya terpaksa mengurungkan niatnya.


"Pergilah, Tuan Bram! Dan jangan pernah kembali lagi kalau hanya untuk membuat putri ku menangis!" tegas Ibu Anin yang sedari tadi hanya menonton di sudut ruangan.


*



BTW itu rumah Ibu Anin sangat besar dan nyambung ke toko bunga. makanya jangan heran kalau author sering tempatkan rumah ibu Anin satu halaman dengan toko bunga.



Bersambung.  🥰🥰


Lanjut ke bab 22


imana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn





Posting Komentar untuk "Balas dendam istri yang tak di anggap Bab 21"